Cinque Terre

2012/10/31

PENGERTIAN BERBICARA PART 2

Jenis-jenis berbicara.
Bila diamati dalam kehidupan sehari-hari, jenis-jenis berbicara ada lima macam klasifikasi berbicara. Menurut Tarigan dkk. (1997), klasifikasi itu adalah:
  1. Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan. Berdasarkan jenis ini berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percakapan, penyampaian berita, pengumuman bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
  2. Jenis berbicara beradasarkan tujuan pembicara. Hal ini bisa dilihat dari tujuan yang disampaikan pembicara, yaitu meliputi berbicara untuk menghibur, berbicara untuk menginformasikan, berbicara untuk menstimulus (merangsang pemikiran seseorang), berbicara untuk meyakinkan, dan berbicara untuk menggerakkan.
  3. Jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar. Berdasarkan jumlahnya berbicara jenis ini dibedakan menjadi berbicara antar pribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.
  4. Jenis berbicara berdasarkan peristiwa khusus yang melatari pembicaraan. Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi enam macam, yaitu pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi.
  5. Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara. Berdasarkan metodenya, ada empat jenis bicara yang masuk dalam kategori ini, yaitu metode mendadak, metode tanpa persiapan, metode membaca naskah, dan metode menghafal.

Dari kelima klasifikasi yang dipaparkan diatas, bisa ditentukan berdasarkan apa seorang pembicara menyampaikan perkataannya, sehingga penerima bisa mengetahui hal-hal apa yang bisa disaring kemudian diambil dari pembicaraan yang terjadi.
 
Teknik berbicara.
Dari pengalaman sehari-hari sebagai guru, berbicara di muka umum tentu tidak sama dengan berbicara di depan murid. Jadi ada syarat-syarat tertentu menurut dimana kita mengungkapkannya, apakah dimuka umum, atau di depan murid agar pembicaraan kita berhasil diterima.

Menurut Solchan (2010), beberapa syarat agar pembicaraan dapat diterima dengan baik. Syarat-syarat itu adalah:
  1. Memiliki keberanian dan tekad yang kuat. Keberanian merupakan hal yang sangat mendasar. Tanpa keberanian atau keberanian yang setengah-setengah akan mengakibatkan kacaunya pembicaraan.
  2. Memiliki pengetahuan yang luas. Sebagai pembicara (guru), penguasaan materi yang akan dibicarakan sehingga dapat menyampaikan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur mutlak diperlukan.
  3. Memahami proses komunikasi massa. Hal ini dapat diawali dengan menganalisis pendengar dan situasi  agar pembicara dapat beraksi dengan dengan cepat dan tepat terhadap kondisi yang mendesak, misal ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab secara langsung.
  4. Menguasai bahasa yang baik dan lancar. Jika hal ini terjadi, maka kosa kata yang diperlukan dalam berbicara dapat diungkapkan secara lancar. Dengan kosa kata yang memadai, pembicara mampu berimprovisasi dengan baik pula.
  5. Pelatihan yang memadai. Pelatihan merupakan syarat mutlak dalam berbicara dimuka umum, khususnya bagi para pemula. Oleh karena itu, berilah kesempatan kepada siswa-siswa untuk banyak berlatih.
  6. Jadi syarat-syarat diatas adalah teknik berbicara yang harus dimiliki agar tujuan berkomunikasi dengan berbicara dapat ditangkap oleh penerima, termasuk para murid. Karena dengan begitu pembicaraan dianggap telah berhasil  mengantarkan pembicara menyampaikan apa yang menjadi tujuan isi pembicaraan.

Termasuk kedalam tujuan dari teknik-teknik berbicara adalah tercapainya efektifitas berbicara. Menurut Solchan (2010), hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah sebagai berikut:
  1. Adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar.
  2. Adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak.
  3. Adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat diterima.
  4. Sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya.
  5. Adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak.
  6. Adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan sebaik-baiknya (ada unsur empati) pada mitra bicara.

Seorang pembicara yang baik pada umumnya akan menghasilkan suatu pembicaraan yang efektif. Pembicara yang baik akan meninggalkan kesan yang baik pada diri pendengarnya. Tarigan (1990) mengemukakan pembicaraan yang baik antara lain:

  1. Pandai menemukan topik yang tepat dan up to date (terkini)
  2. Menguasai materi
  3. Memahami pendengar
  4. Memahami situasi
  5. Merumuskan tujuan dengan jelas
  6. Memiliki kemampuan linguistik yang memadai
  7. Menjalin kontak dengan pendengar
  8. Menguasai pendengar
  9. Memanfaatkan alat bantu
  10. Berpenampilan meyakinkan
  11. Mempunyai rencana

Dari pendapat Tarigan tersebut, tentunya seseorang harus memiliki beberapa indikator diatas. Hal ini diperlukan agar mutu pembicaran seseorang dapat terjaga, dan meninggalkan kesan yang baik bagi para pendengarnya.



------------------------------------------------------------------------------------------

Sumber
  • Solchan, TW. (2010). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
  • Tarigan, Henry Guntur. (1997). Pengembangan Keterampilan Menyimak. Jakarta: Depdikbud.
  • Tarigan, Djago. (1990). Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Buku 1: Modul 1-6. Jakarta: Dirjen Dikti. Depdikbud. 

No comments:

Post a Comment