2012/11/06
DUKUNGAN ORANG TUA
Pengertian Dukungan Orang Tua.
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 332) adalah sesuatu yang didukung, sokongan; bantuan. Menurut Hasbullah, orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya (2001 : 39). Jadi menurut sumber di atas, dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya.
Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta untuk mengikuti atau melanjutkan pendidikan pada program pendidikan formal di sekolah.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan didalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk mengikuti pendidikan selanjutnya disekolah.
Bentuk-bentuk Dukungan Orang Tua.
Mengingat tanggung jawab pendidikan anak ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membuat pekerjaan rumahnya, tidak menyita waktu anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Pada dasarnya dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut empat hal pokok yaitu 1) dukungan sosial ekonomi, 2) mental/ agama, 3) moral, dan 4) pendidikan.
1) Dukungan Sosial Ekonomi
Dukungan sosial ekonomi ini berupa pemenuhan kebutuhan fisik yaitu biaya pendidikan, fasilitas belajar, alat dan buku keperluan belajar. Untuk memenuhi kebutuhan fisik tersebut tentunya berkaitan dengan status sosial ekonomi keluarga atau pendapatan di dalam keluarga itu sendiri.
Sebagaimana di kemukakan oleh Soekirno (2002: 37), menyatakan bahwa pendapatan masyarakat yang kedudukannya sebagai tenaga kerja akan menerima gaji atau upah, pemilik alat-alat modal akan menerima bunga, pemilik tanah dan harta tetap lain menerima sewa, dan pemilik keahlian usahawan akan menerima keuntungan. Jadi yang mencakup pendapatan ekonomi disini adalah segala penghasilan baik yang berupa uang atau barang yang diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
Keluarga yang memiliki pendapatan tinggi akan dengan mudah memenuhi biaya kebutuhan pendidikan anak yang meliputi peralatan sekolah, transportasi, sarana belajar dirumah, baju seragam, biaya ekstra kurikuler, dan tidak terkecuali uang saku anak. Dan sebaliknya, keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan anak.
Dengan demikian, siswa yang orang tuanya memiliki pendapatan tinggi, semua kebutuhan yang berkaitan dengan aktivitas belajar akan segera terpenuhi, sehingga dengan pemenuhan kebutuhan belajar tersebut dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang baik yang merupakan harapan atau cita-cita akhir dari aktivitas belajar. Dan sebaliknya jika dalam suatu keluarga yang status ekonominya rendah akan merasa keberatan dalam memenuhi kebutuhan belajar anaknya secara penuh, sehingga kondisi yang seperti ini akan berdampak pada perolehan prestasi belajar yang rendah.
2) Dukungan Mental/ Agama
Seorang anak yang saleh dirumah, pasti akan mempengaruhi sikap kesiswaannya di sekolah. Anak saleh tidak dilahirkan, tapi dibentuk dan dibina lewat pendidikan. Ilyas (1999: 176), Rasulullah Saw. mengajarkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapaknya yang berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa Rasul) Yahudi, Nashrani, atau Majusi.
Apabila potensi/ fitrah anak ini tidak dibina, tentunya potensi tersebut akan berkembang kearah yang bertentangan dengan maksud Allah menciptakannya. Setiap orang tua mempunyai kewajiban memelihara dan mengembangkan fitrah atau potensi dasar keislaman anak tersebut hingga tumbuh dan berkembang menjadi muslim yang baik.
Jadi dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua diperintahkan oleh Allah dan Rasulnya untuk memelihara keluarganya (termasuk anak) dari siksaan api neraka dengan membina mental/ agama mereka secara baik. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّـهَا الَّـذِيْنَ أمَنُـوْ قُوْ أَنْفُسَكُـمْ وَ أَهْلِيْـكُمْ نَـاراً ... (التَّحْريْـمُ : ٦).
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka …” (QS. At Tahrim, 66:6).
3) Dukungan Moral
Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, menanamkan rasa percaya diri. Dengan perhatian orang tua berupa pemenuhan kebutuhan tersebut diharapkan dapat memberikan semangat belajar anak guna meraih suatu cita-cita atau prestasi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat tidak semua orang tua atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan psikis tersebut karena adanya berbagai macam susunan atau karakter dalam sebuah keluarga. Adapun mengenai susunan keluarga tersebut, Probbins membagikan menjadi tiga macam yaitu:
- Keluarga yang Bersifat Otoriter.
Disini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang tuanya. Sifat pribadi anak yang otoriter suka meyendiri, mengalami kemunduran kematangannya, ragu-ragu didalam semua tindakan serta lambat berinisiatif.
- Keluarga Demokrasi.
Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya fleksibel, dapat menguasai diri, mau menghargai pekerjaan orang lain, menerima kritik dengan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih stabil, serta mempunyai rasa tanggung jawab.
- Keluarga Liberal.
Disini anak bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya bersifat agresif, tak dapat bekerjasama dengan orang lain, sukar menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu curiga (Ahmadi (1991:112).
Dari Uraian diatas, pendidikan moral yang ditanamkan kepada anak, hasilnya adalah sesuai dengan dimana anak itu dibesarkan. Apakah dia dibesarkan dalam keluarga yang bersifat otoriter, demokratis, ataupun bersifat liberal. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga akan berdampak pada sifat atau tingkah laku anak di masing-masing keluarga. Hal ini merupakan hasil pola asuh dari perhatian yang telah ditunjukkan kepada anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.
4) Dukungan Pendidikan
Pendidikan yang akan melahirkan anak saleh adalah pendidikan yanag seimbang, yaitu pendidikan yang memperhatikan seluruh aspek yang ada pada diri manusia berupa hati, akal, dan fisik. Pendidikan yang mengutamakan fisik dan mengabaikan akal dan hati akan menghasilkan manusia hayawani (bersifat seperti hewan), bila hanya mengutamakan pikiran saja menghasilkan manusia syaithani (bersifat seperti syetan), sedangkan bila mengutamakan hati semata tentu tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi Malaikat (Ilyas, 1999:177).
Dari pendapat di atas, maka dukungan orang tua dalam pendidikan adalah kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu dikembangkan pada setiap orang tua tentunya dengan bekal teori-teori pendidikan modern sesuai dengan perkembangan zaman. Bila hal ini dilakukan oleh setiap orang tua maka generasi mendatang akan mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahan dalam masyarakat.
Adapun tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain sebagai berikut:
- Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan agar anak hidup secara berkelanjutan.
- Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang membahayakan dirinya.
- Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi hidupnya.
- Membahagiakan anak untuk hidup di dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim ( Ihsan, 1996 : 64 ).
Setelah tanggung jawab orang tua terhadap anaknya terwujud, tentunya peran orang tua tersebut mempunyai fungsi atau kegunaan tersendiri yang kiranya dapat bermanfaat bagi anaknya tersebut dalam kehidupannya dimasyarakat. Menurut Hasbullah (2001: 33) fungsi pandidikan yang ada dalam suatu keluarga tersebut meliputi:
- Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
- Menjamin kehidupan emosional anak
- Menanamkan dasar pendidikan moral
- Memberikan dasar pendidikan sosial
- Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Dengan demikian dari beberapa pendapat diatas, dukungan orang tua kepada anak dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Dukungan sosial ekonomi orang tua kepada anaknya sebagai penunjang dalam memenuhi kebutuhan belajar.
- Dukungan moral orang tua kepada anaknya dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi, berupa kasih sayang, keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan, sehingga memberikan rasa percaya diri pada anak dalam pergaulannya.
- Dukungan mental agama adalah yang tidak kalah penting dari orang tua kepada anaknya, hal ini memberikan pegangan kepada anak untuk mencapai tujuan perjalanan hidupnya kelak.
- Dukungan pendidikan berupa bimbingan dan pengawasan terhadap anaknya dalam pendidikan formal dan informalnya, seperti pendidikan aqidah, ibadah, dakwah, dan akhlaq, sehingga menjadikan anaknya seorang yang saleh secara ilmu sosial dan agama.
Dengan dukungan tersebut di atas, maka tugas orang tua yang harus diemban selanjutnya adalah serta mendorong aktivitas belajar anaknya di sekolah dalam rangka mencapai suatu prestasi belajar.
------------------------------------------------------------------------------------
Sumber:
Sumber:
Anonim. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hasbullah. (2001). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekirno, S. (2002). Pengantar Teori Mikro Ekonomi Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ilyas, Y. (1999). Kuliah Ahlaq. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Ihsan H. F. (1996). Dasar-dasar kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment