2012/11/03
PENGERTIAN | JENIS MOTIVASI
Kata motivasi sering kita dengar dan kita jumpai, motivasi yang sering dipahami banyak orang adalah pendorong untuk melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai tindakan tertentu. Namun lebih mendalam wawasan kita tentang motivasi berikut penulis sampaikan beberapa pendapat para pakar tentang motivasi.
James O. Whitetaker dalam Soemanto (2006: 43) memberikan pengertian secara umum mengenahi penggunaan istilah motivasi ia mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada mahluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Sedangkan menurut Winkel dalam Sadirman (1996: 44), motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif bagi seorang siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Purwanto (1990: 61) menyebutkan, motivasi adalah suatu pernyataan yang komplek dalam suatu organisme yang menggerakkan tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang. Pengertian belajar yang dikemukakan oleh Soemanto (2006:104) adalah, “Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia”.
Jenis motivasi.
1. Motivasi Intrinsik. Motivasi intrinsik ialah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Yaitu motivasi yang sebenarnya yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan mendapatkan ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari sumbangannya terhadap usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain, dan lain-lain.
Jadi motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan hadiah atau pujian itu (Hamalik, 2004: 163).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik:
- Adanya kesadaran anak. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran sesorang bahwa seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya (Djamarah, 2002: 116). Bila seseorang siswa telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar.
- Ketekunan belajar. Seorang anak yang termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan tahan lama belajar. Dia malah akan tergoda untuk mengerjakan hal yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan dalam belajar (Uno 2006: 28).
- Konsentrasi Belajar. Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Unsur motivasi dalam hal ini sangat membantu tumbuhnya proses pemusatan perhatian. Di dalam konsentrasi ini diperlukan keterlibatan mental secara detail, sehingga tidak perhatian sekedarnya (Sadirman, 2003: 40). Terkadang siswa seperti memperhatikan pelajaran, padahal pikiran dan jiwanya melayang jauh entah kemana. Hal ini membuat materi tidak melekat baik dalam pikirannya, sehingga tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama.
2. Motivasi Ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrensik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar (Sadirman, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik:
- Iklim Belajar yang Kondusif. Iklim belajar yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran, sebaliknya iklim belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan (Majid, 2005: 165). Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan, dan sikap guru.
- Tersedianya alat kelengkapan belajar mengajar. Kelengkapan sarana belajar mengajar tentunya menjadikan pelajaran menjadi mudah bagi siswa untuk memahami materi pelajaran. Secara langsung, hal ini tentu mempengaruhi motivasi belajar mereka. Suardiman (1977: 32) mengungkapkan bahwa: “Tersedianya alat-alat pelajaran yaitu semua alat-alat yang diperlukan akan membantu terselenggaranya proses belajar, misalnya buku pelajaran, alat peraga serta alat-alat didik lain.”
- Penghargaan atas suatu usaha atau perbuatan. Penghargaan atas suatu perbuatan, akan menguatkan motif yang melatarbelakangi perbuatan itu. Roestiyah (1982: 70) mengungkapkan bahwa, “Penghargaan mempunyai nilai positif, karena memberi dorongan pada anak, sehingga bersedia berbuat sesuat. Akan tetapi penghargaan itu tidak boleh terlalu sering, karena hal itu akan mengakibatkan anak-anak mau berbuat/ belajar bila mendapat penghargaan.”
Fungsi Motivasi Dalam Belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapapt dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Sebagai contoh, seorang anak akan memecahkan materi matematika dengan bantuan tabel logaritma. Tanpa bantuan tabel tersebut, anak itu tidak dapat menyelesaikan tugas matematika. Dalam kaitan itu, anak berusaha mencari buku tabel matematika. Upaya untuk mencari tabel matematika merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar (Uno, 2007: 28).
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi ekstrensik. Sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Bila motivasi ekstrensik yang diberikan itu dapat membantu anak didik dapat keluar dari masalah kesulitan belajar, maka motivasi dapat diperankan dengan baik oleh guru, peranan yang dimainkan oleh guru dengan mengandalkan fungsi-fungsi motivasi merupakan langkah yang akurat untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi anak didik. Baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik sama berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan adalah fenomena psikologi dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah baik dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar (Sardiman, 2003).
Untuk lebih jelasnya ketiga fungsi motivasi belajar tersebut diatas, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:
- Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesutu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu Jadi, motivasi yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar (Sardiman, 91: 2003).
- Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam kegiatan psikofisik. Disini anak didik sudah melakukan aktivitas belajar dengan segenap jiwa raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga yang cenderung tunduk dengan kehendak perbuatan belajar. (Sardiman, 92: 2003).
- Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran dimana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapinya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat menggarahkan perbuatan anak didik dalam belajar (Djamarah, 2002: 114).
Sumber:
- Djamarah, Saiful Bahri. (2005). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:PT Rineka Cipta.
- Hamalik, Oemar. (2005). Proses Belajar Mengajar. jakarta:PT. Bumi Aksara.
- Majid, Abdul. (2005). Perencanaa Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
- Purwanto, Ngalim. (2008). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.
- Roestiyah. (1982). Diktaktik Metodik. Jakarta:PT. Bina Aksara.
- Sadirman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta:PT Raja Grafindo. Persada.
- Sadirman, Arif. (2006). Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
- Suardiman, Siti Partini. (1977). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Perc. Studing.
- Uno, Hamzah B. (2007). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pengertian Motif Intrinsik?
ReplyDeleteMotivasi intrinsik adalah motivasi yang hidup dalam diri siswa dan berguna dalam situasi belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan oleh karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan hadiah atau pujian itu (Hamalik, 2004: 163).
Delete